
Aplikasi kecerdasan buatan atau AI, ChatGPT telah menarik perhatian dunia sejak diluncurkan pada November 2022 lalu. ChatGPT ini menunjukkan adanya potensi kecerdasan buatan yang luar biasa untuk menghasilkan jawaban seperti manusia.
Jawaban dari ChatGPT sudah seperti manusia yang bisa menjawab berbagai pertanyaan dari remeh-temeh hingga serius. Contohnya seperti akun Twitter @ismailfahmi yang mencoba bertanya mengenai rencana penundaan pemilu 2024 di Indonesia.
Jawaban dari ChatGPT tersebut sangat runtut hingga menjadi viral beberapa hari yang lalu karena memberi nama ‘Operasi Waktu Singgah’ untuk rencana tersebut. Lantas, apakah ChatGPT ini berbahaya dan apa dampaknya bagi manusia di masa depan?
Seorang pakar komunikasi, Jeff Hancock yang juga direktur pendiri Lab Media Sosial Universitas Stanford memberikan pandangannya. Menurut Hancock, kemunculan aplikasi berbasis kecerdasan buatan ini merupakan dilema etika.
Hancock berpendapat era pengujian Turing telah berakhir sehingga Bot sekarang terdengar sangat nyata. Bahkan terkadang orang tidak dapat membedakan antara manusia dan Bot, yang menimbulkan risiko besar untuk manipulasi dan penipuan dalam skala besar.
Di sisi lain, Hancock melihat potensi AI yang bisa membantu orang melakukan pekerjaan mereka secara lebih efektif.
Kekurangan ChatGPT
Namun, Hancock juga melihat kekurangan dan bahaya chatgGPT. Baginya ada sebuah tantangan untuk mengembangkan AI yang mendukung tujuan manusia dan mendidik orang tentang cara terbaik menggunakan teknologi baru ini dengan cara yang efektif dan etis.
Selama beberapa tahun terakhir, Hancock telah meneliti bagaimana komunikasi yang dimediasi AI mengubah dan berpotensi merusak hubungan antarpribadi.
“ChatGPT digunakan oleh jutaan orang, banyak di antaranya tidak memiliki pelatihan atau pendidikan apa pun tentang kapan etis menggunakan sistem ini atau bagaimana memastikan bahwa sistem tersebut tidak menyebabkan bahaya,” kata Hancock.
Menurutnya, ChatGPT telah berkembang lebih baik dari sebelumnya, tetapi masih ada banyak masalah.
Misalnya tidak memberikan informasi yang akurat. Informasi berguna dari ChatGPT hanya sekira 50 persen atau 70 persen akurat.
Alhasil, ChatGPT dinilai kurang akurat dan berpotensi disalahgunakan oleh beberapa oknum tertentu.
“Mereka juga bisa membuat kebohongan atau mengarang—apa yang kita sebut halusinasi. Butuh banyak usaha untuk benar-benar membuat mereka menghasilkan sesuatu yang baik. Anjurannya sulit dan menghasilkan respons yang sangat berbeda,” pungkasnya.
Leave a Reply